Cara pendekatan yang dilakukan juga beragam, di antaranya dengan menyentuh aspek keagamaan seperti yang terjadi di Lapas Madiun dan Lapas Jombang.
Terdapat pula pendekatan dari aspek psikologi seperti di Lapas Surabaya yang digelar hari Rabu, 24 Mei 2023 tersebut.
Menurut Imam, pendekatan secara keagamaan diambil untuk menangani napi terorisme yang masih belum menyatakan ikrar terhadap NKRI.
Sedangkan untuk pendekatan psikologi digunakan untuk memperkuat psikologis narapidana dengan hukuman seumur hidup.
“Saat ini kami masih membina dua narapidana terorisme yang sejak 2015 sudah menyatakan ikrar NKRI,” ujar Kalapas I Surabaya Jalu Yuswa Panjang.
Baca Juga: Hasil Pertandingan Manchester United 4-1 Chelsea, Setan Merah Kunci Posisi 4 Besar
Dua warga binaan tersebut adalah atas nama Asep Djaja dan Ismail Fahmi yang saat ini sedang menunggu persetujuan remisi perubahan pidana dari seumur hidup ke pidana sementara.
“Sebagai antisipasi atas kondisi psikologis keduanya, kami melakukan pendampingan dengan BNPT, jangan sampai mereka kecewa dan kembali menjadi ekstrimis,” bebernya.
Pendampingan yang dilakukan juga bertujuan untuk mendalami perasaan dan kejiwaan mereka selama ini agar berguna bagi petugas dalam melakukan intervensi terhadap mereka.
Selain itu, karena keduanya memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga dibutuhkan strategi pendekatan dan pembinaan yang tepat.***